Kisah Senja

Sejenak pada senja itu,
memberi ruang dan waktu untuk berteduh.
menikmati suasana nan syahdu.

sejenak pada senja itu,
membuatku terpaku,
menikmati sentuhan menyentuh kalbu,
suasana Kota itu,
membuatku menikmati setiap detik dalam waktu.

sejenak pada senja itu,
bibir kita terpaut menjadi satu,
tubuh kita menyatu dalam debur cinta tanpa nafsu,
saling membisu namun saling menyatu.

dan menciptakan kisah senja.

Senandung untuk Tuan (2)


Tuan,
teruntuk kau yang memilih untuk singgah,
sejenak merapat dalam dermaga,
menepi untuk menyesap kopi sejenak.

Tuan,
teruntuk kau yang memilih,
untuk kembali dengan kisah yang sempat tercurah,
kisah luka yang kau bagi dengan sedikit dilema,
sesaat untuk bertahan atau pergi selamanya.

Tuan,
teruntuk kau yang akhirnya mengucap pisah,
meninggalkan sedikit gundah dan gelisah,
namun terselip tawa dalam kisah.

Tuan,
dimanapun kau kini berada,
ingatlah senandung ini tercipta untuk kau,
yang pernah ada dan singgah.

Senandung sederhana ini,
yang semoga membuatmu, tersungkur dalam pulasnya tidur.
Biarlah, senandung ini yang terjaga.

kamu dalam secangkir kopi


secangkir kopi hari ini, mengingatkan aku tentangmu,
sesosok yang entah bagaimana membuat efek candu dalam hidupku.
secangkir kopi hari ini, yang bagiku takarannya sangat pas,
3 sendok kopi dengan 2,5 sendok gula, dengan air yang tidak terlalu panas.
Ya, mengingatkan aku tentangmu,
sesosok yang selalu membuatku nyaman, membuatku tenang, seperti layaknya,
saat aku menyesap kopi yang sudah terhirup wanginya olehku.
Nikmat!

Suatu waktu (Aku, rumahmu)


Suatu waktu, aku ingin berada satu shaf dibelakangmu,
yang mengikuti alur shalatmu, dari awal takbir hingga salam,
lalu, yang mencium tanganmu setelahnya,
sebagai tanda hormatku akan imam dalam hidupku.

Suatu waktu, aku ingin berada satu shaf dibelakangmu,
yang mengiringi langkahmu tertuju, yang siap mendorongmu saat kau goyah,
yang siap menopangmu saat kau mulai lelah.

Suatu waktu, aku ingin berada satu shaf dibelakangmu.
yang selalu mendoakanmu, yang selalu mendampingimu sebagai teman hidup,
yang menghormatimu, tidak hanya sebagai kepala rumah tangga, tetapi sebagai partner,
sebagai seorang imam.

Suatu waktu, aku ingin tetap berada satu shaf dibelakangmu,
yang selalu mendampingimu, hingga nantinya, sang waktu berlalu.

Suatu waktu, aku ingin berada dalam ingatanmu,
berada melebur dalam otakmu, jiwamu, dan mengaliri duniamu.

Dan, kau yang selalu menganggapku, tempatmu untuk pulang dan mengadu,
Ya, aku rumah bagimu.

Kisah Senja

Sejenak pada senja itu, memberi ruang dan waktu untuk berteduh. menikmati suasana nan syahdu. sejenak pada senja itu, membuatku terpaku...